Transformasi Dermaga Koarmada II Melalui Sinergi TNI AL dan PLN

Daerah594 Dilihat

SUASANA di dermaga militer Komando Armada (Koarmada) II Surabaya kini mulai bertransformasi. Deru bising genset berbahan bakar solar yang selama ini menjadi penanda operasional kapal perang TNI Angkatan Laut (TNI AL) saat bersandar, perlahan menghilang. Keheningan yang lebih tenang ini digantikan oleh aliran listrik bersih dari PT PLN (Persero) melalui inovasi onshore electric connection.

Layanan koneksi listrik darat ini lebih dari sekadar pengganti genset. Ini adalah perwujudan nyata dari sinergi strategis antara BUMN dan sektor pertahanan, menandai sebuah langkah progresif TNI AL dalam mendukung transisi menuju Indonesia yang bebas emisi karbon.

Bagi TNI AL, langkah ini adalah keputusan strategis yang menyatu dengan visi besar memperkuat pertahanan dan keamanan maritim Indonesia.

Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Muda TNI Eko Sunarjanto, menegaskan bahwa kehadiran listrik PLN di Koarmada II adalah langkah yang tepat dalam rangka efisiensi dan penghematan anggaran negara.

Saat penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan PLN di Markas Besar (Mabes) TNI AL, Jakarta, pada Rabu (17/9/2025), Laksda Eko menekankan manfaat ganda dari solusi ini.

“Dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar untuk genset, layanan ini jauh lebih efisien. Selain efisiensi biaya, solusi ini juga mendukung aspek lingkungan serta mengurangi beban logistik peralatan,” ujarnya.

Penghematan yang dihasilkan sangat signifikan. Perhitungan menunjukkan bahwa negara dapat menghemat hingga 56% biaya per kapal dibandingkan dengan penggunaan genset solar. Pengurangan penggunaan bahan bakar ini secara langsung memangkas emisi karbon, sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat.

Pentingnya kerja sama ini semakin krusial mengingat peran Koarmada II. Sebagai kesatuan strategis di bawah TNI AL, Koarmada II bertanggung jawab menjaga kedaulatan laut di wilayah maritim Indonesia bagian tengah dan timur.

Armada ini kini telah diperkuat dengan kehadiran kapal frigate terbesar di Asia Tenggara, KRI Brawijaya-320, dan akan segera menyambut kedatangan kapal sekelas lainnya. Kapal-kapal perang modern ini membutuhkan dukungan energi yang kuat, andal, namun juga efisien dan ramah lingkungan.

Inovasi onshore electric connection dari PLN menjadi solusi paripurna. Dengan menggantikan konsumsi BBM genset, layanan ini memastikan bahwa kapal-kapal yang bersandar tetap ready for deployment tanpa meninggalkan jejak karbon yang besar di dermaga.

Dari sisi PLN, proyek perdana ini menjadi sebuah lompatan dan simbol diversifikasi layanan perusahaan.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyebut capaian ini sebagai simbol sinergi yang kuat. “Keberhasilan ini bukan sekadar capaian teknis, melainkan simbol sinergi antara BUMN, dalam hal ini PLN, dengan TNI AL. Kami bangga dapat mendukung misi besar Kementerian Pertahanan dan TNI AL dalam menjaga kedaulatan maritim Indonesia,” tegas Darmawan.

Senada dengan itu, Direktur Retail dan Niaga PLN, Adi Priyanto, menggarisbawahi manfaat konkretnya, yaitu pengurangan penggunaan solar hingga 56% saat kapal bersandar. Ia juga menyampaikan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan TNI AL.

Adi Priyanto menjelaskan tantangan unik dalam melayani kapal perang. Sementara pelanggan rumah tangga dan industri dilayani dengan frekuensi 50 Hz dan tegangan standar (misalnya 220 Volt atau 20 kV), kapal perang memiliki kebutuhan daya yang spesifik dan besar.

“Kebutuhan kapal ini unik, dayanya besar, 1.500 kW, dengan tegangan 690 Volt serta frekuensi 60 Hz. Karena itu, PLN harus menyesuaikan pelayanan secara khusus di sini,” jelas Adi.

Penyesuaian layanan ini membutuhkan teknologi dan peralatan pendukung khusus yang dirancang untuk memenuhi standar operasional kapal perang, menunjukkan fleksibilitas dan kemampuan teknis PLN dalam mendukung sektor vital negara.

Kolaborasi ini diharapkan menjadi model dan pijakan bagi elektrifikasi maritim yang lebih luas di seluruh pangkalan TNI AL.

“Kolaborasi ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat pertahanan maritim Indonesia, sekaligus menjadi landasan kerja sama yang lebih luas di masa mendatang,” tutup Adi Priyanto.

Langkah ini menunjukkan bahwa komitmen terhadap pertahanan negara dan keberlanjutan lingkungan dapat berjalan beriringan. Dermaga Koarmada II bukan lagi sekadar tempat sandar, melainkan showcase dari masa depan pertahanan maritim Indonesia yang efisien, modern, dan ramah lingkungan.

(sbc)

Komentar