Faperta Unsrat Hadirkan Pakar CEO Agro Investama

Sumikolah491 Dilihat

SULUTBICARA.COM — Suasana berbeda tampak di Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Jumat (3/10/2025). Sekitar 200-an mahasiswa berkumpul dengan antusias untuk sebuah Kuliah Pakar.

Tamu utamanya adalah Petrus Tjandra, MBA, Presiden Direktur dari Agro Investama Group, yang datang membawa tema menyentuh: “Educated and Successful Farmer.”

Acara dibuka langsung oleh Dekan Fakultas Pertanian, Ir. Dedie Tooy M.Si, Ph.D, yang menyambut hangat kedatangan pengusaha muda ini.

Harapannya sederhana namun mendalam: wawasan yang akan dibagikan Petrus dapat benar-benar meningkatkan kompetensi para peserta, khususnya mahasiswa.

“Harapan kita, ini dapat memberikan wawasan tambahan, pengetahuan, dan keterampilan peserta,” ungkap Dekan.

Petrus Tjandra memulai sesinya dengan sapaan akrab kepada dosen dan mahasiswa.

Ia tidak memilih format ceramah satu arah, sebaliknya menggunakan pendekatan interaktif, mengajak peserta menganalisis data, memantik reaksi, dan memicu pemikiran kritis. “Kenapa harus educated farmer?” tanyanya lugas.

“Karena di Indonesia, ada statistik yang menyedihkan: orang jadi petani hanya karena orang tua mereka petani, tidak punya duit, dan tidak punya pendidikan. Mereka jadi petani karena terpaksa,” katanya.

Petrus Tjandra saat berinteraksi dengan mahasiswa Faperta Unsrat. Bicara Sulawesi Utara (Sulut), tentu tak lepas dari kelapa.

Dengan penuh semangat, Petrus mengingatkan hadirin, “Kita berutang budi sama kelapa. Negara kita adalah nyiur melambai, ‘Rayuan Pulau Kelapa,’ bukan Kelapa Sawit.”

Ia mengakui, harga kelapa yang kerap murah memang menjadi tantangan besar.

Namun, tantangan ini harus dijawab dan Fakultas Pertanian Unsrat bisa jadi pelaku utamanya.

“Mari kita jadi petani atau pengusaha tani karena kita mahasiswa pertanian. Kalau tidak kita, siapa lagi?” tanyanya, seolah melempar bola tanggung jawab ke pundak para mahasiswa.

Ia mencontohkan Amerika, di mana petani setidaknya bergelar sarjana atau bersertifikasi.

Bagi dia, punya ilmu memang tidak menjamin sukses instan, tapi ilmu memberikan dasar pemikiran yang kuat untuk berinovasi.

Petrus juga menyoroti kelemahan krusial petani di Indonesia, di mana salah satunya adalah tanah. “Tanpa tanah, bagaimana kita bertani?” sindirnya.

(***)

Komentar