KOMITMEN PT PLN (Persero) untuk mengakselerasi transisi energi di Indonesia semakin nyata, didukung tingginya minat sektor industri dan bisnis terhadap instrumen listrik hijau.
Hal ini tercermin dari pertumbuhan pesat layanan Green as a Service (GEAS) Renewable Energy Certificate (REC), yang hingga Juni 2025 telah mencatatkan penjualan kumulatif mencapai 13,68 Terrawatt hour (TWh).
Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 14% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024 (Year on Year/YoY), menegaskan peran krusial REC sebagai jembatan bagi perusahaan untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) dan memenuhi tuntutan pasar global akan produk ramah lingkungan.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyatakan bahwa REC merupakan inovasi produk hijau yang dirancang untuk mempermudah pelanggan dalam mendapatkan pengakuan resmi atas penggunaan listrik yang bersumber dari Energi Baru Terbarukan (EBT).
“PLN berkomitmen meningkatkan daya saing industri dengan menyediakan layanan listrik hijau yang 100% dipasok oleh pembangkit EBT kami melalui REC. Instrumen ini bersifat transparan, akuntabel, dan diakui secara internasional, menjadikannya solusi andal bagi sektor industri dan bisnis,” ujar Darmawan.
REC bekerja berdasarkan unit 1.000 Kilowatt hour (kWh) per unit sertifikat, dan ditawarkan dengan harga yang sangat kompetitif, yakni Rp35 ribu per unit. Biaya yang terjangkau ini menjadi daya tarik utama bagi perusahaan untuk segera beralih ke sumber energi bersih.
Sejak diluncurkan pada tahun 2020, Darmawan merinci bagaimana tren adopsi REC menunjukkan kurva pertumbuhan yang eksponensial, didorong oleh kesadaran korporasi akan isu Environmental, Social, and Governance (ESG).
“Semakin banyak perusahaan, baik dari dalam dan luar negeri yang mempercayakan suplai listrik hijaunya melalui REC PLN. Sehingga, kami optimistis layanan listrik hijau ini akan terus tumbuh pada periode-periode selanjutnya,” paparnya.
Disediakan oleh Pembangkit EBT Unggulan
Untuk menjamin pasokan listrik hijau yang kredibel dan stabil, PLN saat ini mengandalkan 10 pembangkit EBT unggulan, memastikan setiap sertifikat REC benar-benar merepresentasikan energi bersih yang dihasilkan.
Pembangkit-pembangkit penyuplai listrik REC tersebut meliputi:
PLTP (Panas Bumi): Kamojang, Ulubelu, Lahendong, Ulumbu.
PLTA (Air): Cirata, Bakaru, Orya Genyem, Saguling, Mrica.
PLTM (Minihidro): Lambur.
Daya saing industri global kini sangat dipengaruhi oleh jejak karbon produk. Dengan menggunakan REC, industri dapat membuktikan bahwa proses produksinya menggunakan energi bersih, sebuah faktor penting untuk menjaga akses ke pasar ekspor.
Sejumlah perusahaan multinasional dan domestik kenamaan yang telah menjadi pelanggan setia layanan REC PLN antara lain PT HM Sampoerna Tbk; PT Cheil Jedang Indonesia, dan PT Asahimas Chemical.
Head ID SMS Department PT HM Sampoerna Tbk, Imron Hamzah, menyatakan inisiatif ini sejalan dengan visi perusahaan kami dalam mendukung pembangunan berkelanjutan, efisiensi energi, dan tanggung jawab terhadap lingkungan. “Semoga kerjasama ini akan berlanjut terus agar berdampak pada perkembangan penggunaan energi hijau di Indonesia,” ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh General Manager PT Inecda Plantation, Khamdi, yang menekankan pentingnya REC dalam implementasi aspek Environmental, Social, and Governance (ESG).
“Kami berharap, kolaborasi bersama PLN ini dapat terus terjalin sehingga memberikan dampak baik melalui langkah-langkah yang mengedepankan prinsip bisnis berkelanjutan dan mengimplementasikan aspek-aspek ESG untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan dan mendukung Sustainability Development Goals,” ungkap Khamdi.
Melalui REC, PLN tidak hanya menjual listrik, tetapi juga menjual komitmen keberlanjutan dan daya saing global bagi industri nasional, memposisikan Indonesia sebagai pemimpin transisi energi di kawasan.
(sbc)






Komentar