MANADO – Tak ada kata tidak bisa dalam benak Maestro Umboh, 66 tahun, warga Pall 4 Kota Manado, Sulawesi Utara. Meski terlahir dengan keterbatasan fisik tak bisa melihat alias tunanetra, Maestro tetap bisa bekerja sebagai tukang pijat, bahkan memiliki usaha Panti Pijat sendiri.
Saat dikunjungi di Panti Pijat Anugerah, Kelurahan Wenang Selatan, Kecamatan Wenang, Kota Manado, Senin (28/10/2024), Maestro tampak sibuk memijat badan milik pelanggannya. Beberapa kali dia harus menggeser badannya guna mendapat posisi duduk yang pas demi mengurangi rasa sakit dan ketegangan otot pada kliennya.
Hanya butuh satu jam, kliennya merasa badannya menjadi sehat. Yah, sekilas memang tidak terlihat beda antara Maestro dengan tukang pijat lainnya. Namun, mereka yang hendak pijat langsung dan bisa mengetahui keterbatasan fisik Maestro saat bekerja.
Maestro terlahir ke dunia dengan keterbatasan di bagian mata. Ia tak mampu melihat alias tunanetra sejak lahir. Seperti penyandang tunanetra pada umumnya, Maestro pun harus meraba-raba saat bekerja. “Saya buta sejak lahir,” ujar Maestro.
Meski buta, Maestro tak minder. Ia justru memiliki rasa keingintahuan yang besar seperti orang pada umumnya. Ia bahkan nekat mencari informasi terkait bantuan dari PT PLN Unit Induk Distribusi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo (UID Suluttenggo).
Melalui Dinsos Sulut, usahanya berhasil meyakinkan pihak PLN UID Suluttenggo kalau dirinya memiliki kemampuan seperti manusia pada umumnya. Ia akhirnya mendapatkan bantuan melalui program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) PLN Peduli.
“Bantuan dari PLN membuat saya dan istri mampu membangun usaha Panti Pijat sendiri. Bahkan, saya mampu memperkerjakan teman sesama tunanetra,” ungkapnya.
Sebagai penyandang disabilitas, dirinya mengucapkan terima kasihnya kepada PLN. Baginya, bantuan ini sangat berarti untuknya semakin semangat dalam beraktivitas.
“Bantuan ini sangat berarti bagi kami. Saya berpesan kepada teman-teman untuk tidak menyerah dan terus semangat. Dengan segala keterbatasan yang kita miliki, kita tunjukkan bahwa kita bisa berkarya dengan hebat,” ujar lelaki asal Kabupaten Bolmong ini.
Diketahui, PLN menjalankan proses bisnis dengan berfokus pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs) yang seimbang dan berkesinambungan melalui empat pilar utama yang terintegrasi, yaitu Ekonomi, Sosial, Lingkungan dan Tata Kelola.
Sejalan dengan misi untuk menjadi perusahaan energi yang berwawasan lingkungan, PLN telah mengawal program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) dalam Community, Involvement dan Development (CID) berbasis SDGs. Sebagai bentuk komitmen peran serta dalam pembangunan berkelanjutan, PLN melaksanakan program CID pilar sosial, ekonomi, dan lingkungan melibatkan pengembangan komunitas masyarakat demi meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungan.
(Billy Lintjewas)
Komentar