SULUTBICARA.COM – Peran Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) terus diperkuat untuk mendukung pembangunan, yaitu dengan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat, industri, dan bangsa. Salah satu fokus kontribusi Unsrat adalah mendukung terwujudnya ketahanan pangan Indonesia.
Rektor Unsrat, Prof Dr Ir Oktovian Berty Alexander Sompie MEng IPU ASEAN Eng meminta civitas Unsrat mengoptimalkan potensi kampus untuk mendukung Program Presiden Prabowo Subianto dan Gubernur Sulawesi Utara Yulius Selvanus tentang pencapaian target swasembada pangan tahun 2028, serta mendukung pelaksanaan program makan bergizi gratis (MBG).
“Ketahanan pangan dan upaya mencapai swasembada pangan merupakan prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Swasembada pangan adalah salah satu langkah besar Indonesia menuju negara maju. Untuk itu, wajib kita sukseskan seperti yang terus dipesankan Mendiktisaintek Prof Brian Yuliarto,” jelas Rektor Unsrat saat membuka Dies Natalis ke 65 Fakultas Pertanian Unsrat, Kamis (24/04/2025).
Di Dies Natalis dengan tema “Inovasi dan Kolaborasi dalam Pencapaian Swasembada Pangan” tersebut, Prof Berty menekankan, bahwa Unsrat harus berdampak kepada pembangunan nasional dengan memaksimalkan pengembangan dan pemanfaatan sains dan teknologi.
”Kita harus memastikan Unsrat mampu untuk menjadi agen pembangunan ekonomi agar supaya mampu memberikan dampak yang lebih baik kedepannya untuk masyarakat,” tukasnya.
Diketahui, Pada Astacita yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto, Kemendiktisaintek mengambil peran dalam memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa; pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan; serta hilirisasi dan industrialisasi.
Mendiktisaintek Prof Brian Yuliarto disetiap kesempatan menjelaskan kampus adalah ujung tombak pengembangan kemandirian pangan. Sehingga setiap kampus harus memilih dua strategi utama yakni peningkatan produktivitas dan hilirisasi.
“Pengembangan ini merupakan tantangan besar sekaligus momentum bagi Indonesia untuk menjadi bangsa yang lebih bermakna,” ujar Prof Brian.
(bil)
Komentar