SULUTBICARA.COM – Di tengah penantian dicabutnya moratorium Daerah Otonomi Baru (DOB) oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), sebuah wacana pemekaran wilayah kembali mencuat di Provinsi Sulawesi Utara.
Adalah Kota Langowan, sebuah entitas administratif potensial yang diharapkan dapat membawa angin segar bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Gagasan pembentukan Kota Langowan bukanlah narasi yang baru pertama kali dilontarkan. Jauh sebelum hiruk pikuk saat ini, sejak 25 tahun lalu telah dibentuk para pakar untuk pemekaran Kota Langowan.
Kini, lebih dari dua dekade berselang, wacana tersebut kembali menguat. Dorongan kali ini datang lebih masif dari akar rumput, terorganisir melalui Presiden Prabowo Subianto dan Gubernur Sulut Yulius Selvanus.
Sejumlah akademisi pun sepakat agar Langowan dan Kakas dapat digabungkan untuk memperlancar pembentukan Kota Langowan.
Guru Besar Universitas Negeri Manado (Unima), Prof Dr Herry Sumual menjelaskan alasan pemekaran memperluas Wilayah Kota Langowan ke Kakas sebagai sumber kapasitas Fiskal dan PAD untuk kebutuhan DOB.
“Karena Kakas memiliki potensi wilayah pertanian pangan, danau dan pegunungan Kakas sebagai sumber wisata dan Pantai Kakas yang panjang dapat memperluas wilayah pantai luas di Langowan,” ujar Prof Herry kepada media ini, Sabtu (25/05/2025).
Menurutnya, paragdima berpikir sebagai akademisi perlu memperhatikan situasi dan kondisi untuk memperhatikan potensi yang lebih besar.
“Karena jika hanya Langowan, maka perlu menambah satu kecematan yang notabene membutuhkan waktu yang panjang. Belum lagi kita harus mempertimbangkan dari segi aturan yuridis dan segi politis,” jelas Ketua Senat Unima ini.
Ditambahkan, Prof Dr Herry Sumampow MPd. Sebagai akademisi, menurutnya sebagai sumber PAD untuk DOB sah-sah saja jika dengan Kakas.
“Mengingat Kakas secara geografi itu inletnya Danau Tondano yang sumber air dari Kawatak dan potensi-potensi sumber pesisir danau dikawasan sebagai danau inlet, juga berpapasan perluasan pantai dari Rumbia ke pantai Kakas yang nyambung di daerah pantai kita Langowan,” terang Guru Besar Unima ini.
Selanjutnya, dari sisi pendidikan ada SMKN Pertanian di Kakas dan daerah wisata kaweng sebagai paralayang yang dapat menunjang.
“Selanjutnya telah ada daerah-daerah wisata di Kakas yang ada dapat kita optimalkan. Begitu juga dari segi lalu lintas untuk ke Langowan juga bisa dari Remboken, Tountimomor juga dari Tandengan Kaweng, Kakas dari pesisir pantai trans Sulawesi selatan bisa juga antara kakeosan, kayuwatu,” tambahnya.
Senada disampaikan akademisi Unsrat, Ronny Sepang SH MH. Menurutnya, pembentukan Kota Langowan merupakan harapan seluruh masyarakat sejak 25 tahun lalu.
“Jika moratorium DOB dicabut, Kota Langowan harus menjadi garda terdepan. Asalkan harus memenuhi syarat yang bersifat kepentingan strategis nasional. Dan jika digabungkan dengan Kakas, maka lebih gampang mewujudkannya. Dan yang terpenting, meski digabungkan nama Langowan tetap digunakan,” paparnya.
(bil)
Komentar