JAKARTA, SULUTBICARA.com – Pandemi covid-19 membuat kondisi yang sebelumnya mudah kini bisa semakin sulit termasuk dalam dunia kerja. Sehingga pendidikan vokasi maupun kejuruan jadi harapan dalam menjawab persoalan tenaga kerja kala pandemi.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Wikan Sakarinto mengungkapkan dunia vokasi harus bisa beradaptasi dengan kebutuhan dunia industri saat ini. Program link and match antara pendidikan dan dunia usaha/industri (dudi) yang sudah berjalan selama beberapa waktu terakhir tetap dilanjutkan.
Sebagai Dirjen di Direktorat Jenderal yang baru didirikan pada akhir Desember lalu, ia lebih memilih untuk melanjutkan program yang sudah ada dibanding membuat program baru. Sehingga adaptasi tidak perlu banyak dilakukan. Namun, sejumlah perbaikan tetap akan dilakukannya.
“Ada kemungkinan link and match masa lalu hanya MoU, foto-foto, masuk koran ya sudah dinyatakan link and match. Kali ini strategi kita akan menikahkan mereka. Sampai level menikah, dosen atau guru tamu dari industri masuk ke vokasi. Magang dirancang bersama sejak awal. Komitmen bersama serapan lulusan. Ini paket utama link and match,” kata Wikan dikutip CNBC Indonesia, Selasa (7/7).
Melalui sinergi antara kebutuhan industri dan kesediaan keterampilan, maka lulusan yang keluar bisa diserap dengan baik di industri. “Pada dasarnya vokasi harus mampu menciptakan lulusan yang sesuai kebutuhan dunia kerja. Kalau dunia kerja pengennya nasi pecel, kita berikan nasi pecel sesuai tuntutan dunia kerja,” kata Wikan.
Penyesuaian kebutuhan itu tetap harus dilakukan saat masa pandemi Covid-19. Saat ini justru menjadi momentum bagi dunia pendidikan vokasi untuk menggiatkan ‘pernikahan’ antara vokasi dan industri. Wikan menyebut akan mendorong pernikahan itu secara masal di kampus-kampus vokasi, SMK, serta lembaga kursus pelatihan.
“Industri berubah saat ada new normal, namun sudah jadi satu ketika new normal terjadi. Industri butuh SDM, SDM yang memang sudah sesuai kebutuhan karena link and match itu,” sebutnya.
Pentingnya kesinambungan vokasi dan industri dirasakan betul oleh Wikan beberapa waktu lalu. Ia menilai, yang utama demi kesuksesan program tersebut adalah komunikasi. Bagaimana vokasi memahami kebutuhan industri dan industri bisa memberi banyak masukan kepada vokasi.
“Contoh saya dulu kan Dekan Vokasi UGM. Saya ingat saya tutup seluruh D3 di UGM. Kemudian saya buka 21 D4 (Diploma 4) atau sarjana terapan. Dan 21 itu semuanya menikah dengan industri, itu pernikahan massal. Betul ternyata masalahnya di komunikasi,” sebutnya.(cnbc)
Komentar