Kegiatan ini berlangsung di Baru Nona Room, Hotel Sentral Minut, Kamis (27/11/2025).
Sebelum presentasi hasil penelitian, Arifmanuel menyampaikan apresiasi mendalam atas kehadiran para undangan dari berbagai instansi, mulai dari Pemerintah Kota Bitung, pihak industri, hingga tim peneliti Polimdo.
Katanya, program berdikari merupakan program nasional dari Kementerian melalui Minaksaintek Direktorat Pengembangan Sains dan Teknologi Kemendiktisaintek, didanai oleh LPDP.
“Kelompok kami menjadi salah satu dari tiga tim peneliti Polimdo yang lolos program ini. Penelitian berdikari mengutamakan sektor unggulan daerah. Tahun 2024 kami fokus menghasilkan policy paper untuk Sulut, dan tahun ini kami melakukan implementasi innovation planning. Kami memilih sektor perikanan, karena cakalang adalah ikon provinsi ini,” jelas Sekjur AB Polimdo tersebut.
Ia menambahkan bahwa mereka bekerja sama dengan pelaku UMKM, Ibu Suryana Livia Nosa Boga, yang menghadapi tantangan dalam memperpanjang daya simpan produk cakalang fufu.
“Meskipun fufu adalah metode pengawetan, daya simpannya tetap singkat. Ini menjadi alasan kami meneliti lebih dalam: bagaimana meningkatkan daya saing cakalang fufu agar bisa menembus pasar internasional,” ujarnya.
Dalam proses penelitian, tim menemukan bahwa metode produksi tradisional masih belum steril dan cenderung konvensional, sehingga memengaruhi daya simpan produk.
“Kami melibatkan banyak pihak, seperti ahli perikanan dari Unsrat hingga tenaga ahli pembuatan mesin seperti Nico Pinangkaan, ST MT. Dari sini kami menyusun SOP yang lengkap, mulai dari pasca tangkap hingga distribusi,” jelas Arif.
Tim kemudian mengembangkan lima teknologi tepat guna, termasuk oven tertutup berbahan stainless steel yang menggabungkan metode tradisional dan teknologi modern.
“Oven ini masih menggunakan arang briket dan serabut kelapa untuk mempertahankan cita rasa khas, namun dilengkapi blower, kipas, filter, dan kontrol digital. Prosesnya lebih steril, cepat, dan efisien. Jika secara konvensional butuh 4–8 jam, teknologi kami bisa menyelesaikan dalam 90 menit pada suhu 70 derajat,” paparnya.
Oven tersebut juga menggunakan energi solar panel, sehingga lebih ramah lingkungan.
Selain itu, mesin boiler dan retort turut dikembangkan untuk proses sterilisasi produk.
“Hasil uji laboratorium menunjukkan kadar air cakalang fufu produksi kami lebih baik dibanding proses konvensional. Uji penyimpanan pun menunjukkan produk kami dapat bertahan satu bulan di freezer dan tiga bulan di chiller. Target ke depan, tiga bulan di freezer dan satu tahun di chiller,” tambahnya.
Pemaparan tersebut mendapat sambutan positif dari Pemerintah Kota Bitung.
Kepala Kerja Sama Setda Kota Bitung, Edij Rudy Panamon SSos menyampaikan apresiasinya.
“Kami sangat tertarik dengan inovasi ini. Setelah mengikuti expo Polimdo, kami langsung melaporkan kepada Bapak Wali Kota Hengky Honandadar beserta Ibu Walikota. Cakalang adalah ikon Bitung, sehingga pengembangan seperti ini harus disambut serius,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa Pemerintah Kota Bitung siap berkoordinasi dengan dinas-dinas terkait, serta pihak ketiga yang telah melihat brosur dan video, juga menyampaikan ketertarikannya dengan teknologi tersebut.
“Pihak ketiga ini mengajak pihak Polimdo untuk bertemu, guna menjelaskan alat yang sudah dibuat, hari ini mereka tidak hadir, karena bertepatan ada agenda lainnya,” tandasnya.
Tim peneliti Polimdo diketuai Arifmanuel Kolondam SE MM bersama para anggota, Andreas Randy Wangarry SE MSA Ak CA, Selvy Kalele SE MSi, Ficky M. F. Purba BBA MM, Oldy Labonan, dan Jane Hendriks.
(sbc)










Komentar