Djoko Malis Kenang Kejayaan Persmin Minahasa di Liga Indonesia 2006

SULUTBICARA.com – Persmin Minahasa jadi salah satu tim kejutan di Divisi Utama Liga Indonesia tahun 2006. Kala itu tim asal Tondano, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara ini bisa mengakhiri kompetisi di posisi ketiga.

Pada akhir musim, Persmin Minahasa bahkan diberikan penghargaan Fair Play. Sebelumnya tim sempat menempati posisi puncak Wilayah Dua. Padahal di wilayah ini bercokol nama-nama besar seperti Persik Kediri, PSM Makassar sampai Persipura Jayapura.

Kejutan Persmin Minahasa baru terhenti saat semifinal. Pada fase ini, Jorge Toledo dan kawan-kawan dikalahkan Persik Kediri yang diperkuat Cristian Gonzalez dan akhirnya keluar sebagai juara.

Tidak bisa dimungkiri, sosok Djoko Malis yang kala itu berstatus juru taktik, menjadi kunci sukses Persmin Minahasa membuat kejutan di Liga Indonesia 2006.

Melalui channel Youtube Omah Balbalan, Djoko Malis membeberkan kunci sukses Persmin kala itu. Yuk scroll ke bawah untuk mengetahuinya.

Terinspirasi Sukses Niac Mitra Kalahkan Arsenal

Djoko Malis dikenal sebagai sosok pelatih yang begitu detail dalam mempersiapkan pertandingan timnya. Dia bahkan begitu rajin membuat catatan yang berisi soal kekuatan dan kelemahan tim lawan.

Untuk hal ini, Djoko Malis mengaku terinspirasi dari sukses timnya saat masih berkarier sebagai pemain Niac Mitra. Jika melihat sejarah, Niac Mitra bahkan pernah mengalahkan raksasa Premier League, Arsenal 2-0 pada laga uji coba di tahun 1983.

“Jadi begitu saya melatih, saya contoh seperti Niac Mitra. Ketika melawan Arsenal, kami sudah mengumpulkan data kekuatan lawan berminggu-minggu sebelum pertandingan berlangsung,” kata Djoko Malis.

“Kita harus benar-benar mempersiapkan diri. Istilahnya kalau kita perang, kita sudah tahu bagaimana medan tempurnya dan mengenal lawan kita. Jadi kita tahu apa yang harus dilakukan,” lanjutnya.

Tidak Ada Kamus Pemain Anak Emas

Selain itu saat melatih Persmin Minahasa, Djoko Malis punya satu hal dalam kamus kepelatihannya. Adalah jangan pernah menganggap seorang pemain sebagai anak emas, meskipun berstatus penggawa asing.

Dia pernah mencontohkan sempat bersitegang dengan pemain asing Persmin, Daniel Campos lantaran sang striker terlalu egois ketika di lapangan.

“Yang saya terapkan pertama komitmen. Jangan sekali-sekali pelatih bergantung kepada pemain. Jangan ada pemain anak emas. Semua sama, termasuk pemain asing,” kata Djoko Malis.

“Saya pernah ribut dengan stiker asing. Karena dia tidak ingin passing ke teman. Saya bilang: ‘Kalau kamu kaya gitu, saya keluarkan’.”

“Lalu saya bilang ke manajemen, kalau begini, silahkan saya atau pemain itu yang keluar dari tim. Akhirnya ia minta maaf dan ia jadi top scorer,” lanjutnya.

Daniel Campos akhirnya mencetak sebelas gol pada Liga Indonesia 2006. Dia jadi pemain Persmin dengan jumlah gol terbanyak.

Sumber: Omah Balbalan

Komentar